Rendahnya minat membaca mempengaruhi kemampuan penalaran, kompetensi, dan cara berpikir. Berbagai solusi terbaik telah dilaksanakan guna meningkatkan minat baca masyarakat. Minat tidak ada begitu saja, tetapi minat timbul karena adanya pengalaman dan pengembangan dari dalam diri.
Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kegiatan melihat dan memahami isi tulisan (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Dengan tekun membaca dapat mengembangkan nalar berpikir seseorang.
Survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku. Angka ini menunjukkan rendahnya minat membaca di Indonesia. Salah satu penyebab hal tersebut terjadi yaitu penggunaan smartphone yang kurang tepat.
Smartphone merupakan teknologi digital yang banyak dimiliki oleh masyarakat pada masa kini. Termasuk anak-anak kalangan sekolah dasar ke bawah sudah diberikan smartphone pribadi oleh orang tua mereka tanpa pengawasan yang berkala.
Media sosial dan game online menjadi sasaran mereka dalam penggunaan media informasi dan komunikasi tersebut.
Menurut penelitian, menonton video-video pendek pada media sosial mempengaruhi konsentrasi seseorang akan menurun atau menjadi cepat bosan. Mirisnya berdampak juga pada konsentrasi saat membaca karena membaca buku biasanya memakan waktu yang relatif lama membuat para pembaca memiliki minat baca yang mudah bosan sehingga tidak menyelesaikan bacaan secara keseluruhan.
Masyarakat saat ini lebih tertarik mendapatkan informasi secara langsung, daripada keseluruhan teks. Hal ini menyebabkan mudahnya masyarakat terpapar berita bohong (hoax) dan informasi yang tidak akurat.
Dengan meleknya teknologi dan pesatnya perkembangan yang ada, meningkatkan literasi digital juga diperlukan dalam kehidupan yang akan datang. Masyarakat yang memiliki minat baca yang tinggi akan menumbuhkan kemampuan nalar dalam menyelesaikan masalah dalam berbagai bidang, misalnya kemampuan berpikir kritis.
Leave a Reply